Rabu, 26 Desember 2018
Senin, 05 November 2018
Senin, 15 Oktober 2018
Sabtu, 23 Juni 2018
Jumat, 08 Juni 2018
Senin, 30 April 2018
Minggu, 22 April 2018
Senin, 16 April 2018
Selasa, 10 April 2018
Selasa, 03 April 2018
Senin, 26 Maret 2018
Senin, 19 Maret 2018
Senin, 12 Maret 2018
Senin, 01 Januari 2018
Sinopsis film ayat-ayat cinta 2
Ayat –ayat cinta 2 yang
merupakan kelanjutan dari film sebelumnya bercerita Fahri Abdullah (Fedi Nuril)
saat ini hidup sendiri di Edinburgh, bersama asistennya Hulusi (Pandji Pragiwaksono).
Fahri telah kehilangan Aisha tujuh bulan lalu, saat Aisha menjadi sukarelawan
di jalur Gaza. Sejak saat itu Fahri tidak pernah lagi mendengar kabar tentang
Aisha.
Fahri terus menunggu dalam
kesedihannya yang mendera hatinya. Kesedihan yang coba dia atasi dengan
kesibukannya sebagai seorang dosen dan juga pengusaha sukses di kota tersebut.
Fahri juga disibukkan dengan kehadiran Misbah (Arie Untung), sahabat lamanya,
yang ingin menumpang tinggal bersamanya.
Fahri seringkali dihadapkan
pada persoalan tetangga-tetangganya yang beragam. Ada nenek asal Yahudi,
Catarina (Dewi Irawan) yang sedang mengalami permasalahan dengan anak tirinya.
Ada juga Keira McGills (Chelsea Islan) seorang pemain biola berbakat yang
sangat membenci Fahri, karena dianggap sebagai teroris yang telah menyebabkan
kematian ayah mereka akibat bom di London.
Fahri mencoba untuk terus
menjalankan amanah Aisha agar dia bisa membantu orang-orang di sekelilingnya.
Nia baik Fahri ini seringkali malah membuat salah paham dan menyeret ke
persoalan yang lebih rumit dan membahayakan hidupnya.
Kehidupan Fahri menjadi
semakin rumit ketika hadir Hulya (Tatjana Saphira) keponakan Aisha yang
sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hulya yang ceria dan dinamis,
menunjukkan ketertarikannya pada Fahri.
Hulya bersedia menggantikan
peran Aisha dalam kehidupan Fahri.
Fahri ragu untuk membuka
hatinya bagi kehadiran Hulya, itu sama saja dia mengakui bahwa Aisha sudah
meninggal. Fahri masih berharap, setiap malamnya, Aisha kembali muncul dalam hidupnya.
Semua mendukung Fahri
melanjutkan hidupnya bersama Hulya, termasuk Sabina (Dewi Sandra) seorang
perempuan terlantar berwajah cacat yang ditampung Fahri untuk tinggal bersama
mereka. Sabina yang sudah dianggap saudara oleh Fahri, ternyata tidak saja
membantu mengurusi rumah Fahri, tapi juga mampu membuat Fahri melanjutkan
hidupnya.
Jenis Film : Drama
Durasi : 102
menit
Negara Asal : Indonesia
Sutradara : Guntur
Soeharjanto
Penulis Naskah : Alim
Sudio, Ifan Ismail
Produser : Manoj
Punjabi
Pemain : Fedi Nuril, Tatjana
Saphira, Chelsea Islan, Dewi Sandra, Pandji Pragiwaksono, Nur Fazura, Dewi Irawan
Budaya pernikahan adat sunda dan filosofinya
Tanah pasundan nyatanya memiliki serangkaian prosesi
pernikahan adat yang unik dan khas. Tiap prosesi yang dilaksanakan tersebut pun
memiliki makna dan filosofi tersendiri. Meskipun beberapa prosesi memiliki
kemiripan dengan ritual adat lainnya (misalnya, siraman seperti adat Jawa dan
Buka Pintu seperti adat Betawi), namun tetap saja ada terdapat keunikan
tersendiri yang tidak ditemukan di daerah lainnya.
Narosan atau Ngalamar
Seperti layaknya pernikahan pada umumnya, lamaran
merupakan proses awal sebelum kedua pihak keluarga menikahkan anak mereka. Di
bumi Parahiyangan, prosesi lamaran adat Sunda dikenal dengan istilah
Narosan. Dalam acara lamaran, kedua pihak keluarga juga membicarakan kapan
dan bagaimana acara akad nikah diselenggarakan. Soal biaya yang diperlukan juga
termasuk pembahasan dalam acara lamaran.
Salah satu hal menarik yang harus diperhatikan, saat
melamar mojang yang diincar, pihak keluarga calon mempelai pria datang ke
kediaman keluarga pihak wanita dengan membawa beberapa barang yang sifatnya
‘wajib’. Antara lain adalah lemareun–seperti daun sirih, apu atau
kapur sirih, dan gambir yang menyehatkan. Selain itu, juga dibawa satu set
busana untuk si gadis.
Ngebakan atau Siraman
Sama halnya seperti siraman adat Jawa, prosesi
Ngebakan memiliki makna/filosofis menyucikan diri calon mempelai secara lahir
dan batin. Prosesi ngebakan umumnya digelar seminggu atau tiga
hari menjelang hari peresmian pernikahan. Uniknya, baik calon pengantin wanita
maupun pria, semuanya melalui prosesi ini secara terpisah di kediaman
masing-masing. Bagi calon pengantin beragama muslim, terlebih dahulu akan
digelar pengajian dan pembacaan doa khusus.
Ngeyeuk Seureuh
Ngeyeuk seureuh sendiri bisa diartikan sebagai prosesi
meminta doa restu oleh calon mempelai kepada orangtua masing-masing yang
disaksikan sanak keluarga. Dalam prosesi ini pula kedua orangtua akan
memberikan nasihat kepada anaknya melalui lambang benda-benda yang ada dalam
prosesi ini.
Sawer
Setelah proses pernikahan secara agarma, kedua
orangtua menyawer pasangan pengantin. Peralatan yang diperlukan saat saweran
sendiri terdiri dari uang receh, beras, irisan kunyit tipis, permen, dan
tek-tek yang ditempatkan di dalam bokor. Masing-masing bahan tersebut memiliki
makna berupa doa-doa untuk kedua mempelai. Saat prosesi sawer biasanya kedua
pengantin. Agar semakin hikmat saweran juga diiringi nyanyian
Kidung yang berisi nasihat sebagai bekal dalam menjalani kehidupan
rumah tangga.
Meuleum Harupat
Tata cara prosesi ini ialah mulanya pengantin pria
memegang harupat, pengantin wanita membakar lilin atau pelita sampai menyala.
Lalu pengantin wanita akan menyiram nyala harupat sampai padam, kemudian
pengantin pria mematahkan lalu dibuang. Prosesi ini melambangkan nasihat kepada
kedua mempelai senantiasa bersabar dalam berumah tangga
Nincak Endog
Nincak Endog atau injak telur dilakukan dengan cara
pengantin pria menginjak telur di atas cower. Lalu, pengantin wanita
membersihkan kaki pengantin pria dengan air kendi, untuk kemudian kendi
tersebut lalu dipecahkan. Prosesi ini memiliki filosofi bahwa itikat dan
tanggung jawab suami ialah sebagai kepala rumah tangga. Sementara istri
mengikuti bimbingan suami.
Melepas Sepasang Merpati
Kedua orangtua akan melepaskan sepasang merpati putih
ke angkasa sebagai simbolisasi bahwa kedua orang tua melepas tanggungjawab
karena pasangan mempelai sudah mampu mandiri.
Buka Pintu
Kedua mempelai akan diwakili oleh Juru mamaos atau
orang yang ahli dalam melakoni prosesi ini. Masing-masing perwakilan akan
saling tanya jawab berupa syair atau tembang. Pada prosesi ini pengantin pria
berada di luar pintu dengan pengantin wanita yang berada di dalam rumah. Buka
pintu melambangkan petuah agar suami dan istri saling menghargai dan tidak
pernah henti saling mengasihi.
Huap Lingkung
Pasangan mempelai disuapi oleh Ibu pengantin wanita,
bapak mempelai wanita, selanjutnya oleh kedua orang tua mempelai pria. Lalu
kedua pengantin saling menyuap satu piring berisi tujuh bulatan nasi kuning.
Pengantin pria menyuap dengan tangan kanan, pengantin wanita dengan tangan
kiri, saling menyuap melalui pundak masing-masing 3 kali.
Satu bulatan yang tersisa diperebutkan keduanya,
kemudian dibagi berdua. Huap lingkung menjadi simbol kasih sayang kedua orang
tua masing-masing sama besarnya terhadap anak maupun menantu
Pa Betot-betot Bekak Ayam
Kedua mempelai duduk berhadapan, masing-masing
memegang paha ayam. Kemudian, pembawa acara memberi aba-aba agar kedua
pengantin seerentak tarik-menarik bekakak ayam. Yang mendapat bagian lebih
besar harus membaginya kepada pasangan dengan cara digigit bersama. Makna dari
tradisi ini ialah rejeki yang mereka peroleh harus dimiliki bersama.
Langganan:
Postingan (Atom)