Senin, 01 Januari 2018

Sinopsis film ayat-ayat cinta 2

Ayat –ayat cinta 2 yang merupakan kelanjutan dari film sebelumnya bercerita Fahri Abdullah (Fedi Nuril) saat ini hidup sendiri di Edinburgh, bersama asistennya Hulusi (Pandji Pragiwaksono). Fahri telah kehilangan Aisha tujuh bulan lalu, saat Aisha menjadi sukarelawan di jalur Gaza. Sejak saat itu Fahri tidak pernah lagi mendengar kabar tentang Aisha.
Fahri terus menunggu dalam kesedihannya yang mendera hatinya. Kesedihan yang coba dia atasi dengan kesibukannya sebagai seorang dosen dan juga pengusaha sukses di kota tersebut. Fahri juga disibukkan dengan kehadiran Misbah (Arie Untung), sahabat lamanya, yang ingin menumpang tinggal bersamanya.
Fahri seringkali dihadapkan pada persoalan tetangga-tetangganya yang beragam. Ada nenek asal Yahudi, Catarina (Dewi Irawan) yang sedang mengalami permasalahan dengan anak tirinya. Ada juga Keira McGills (Chelsea Islan) seorang pemain biola berbakat yang sangat membenci Fahri, karena dianggap sebagai teroris yang telah menyebabkan kematian ayah mereka akibat bom di London.
Fahri mencoba untuk terus menjalankan amanah Aisha agar dia bisa membantu orang-orang di sekelilingnya. Nia baik Fahri ini seringkali malah membuat salah paham dan menyeret ke persoalan yang lebih rumit dan membahayakan hidupnya.
Kehidupan Fahri menjadi semakin rumit ketika hadir Hulya (Tatjana Saphira) keponakan Aisha yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hulya yang ceria dan dinamis, menunjukkan ketertarikannya pada Fahri.
Hulya bersedia menggantikan peran Aisha dalam kehidupan Fahri.
Fahri ragu untuk membuka hatinya bagi kehadiran Hulya, itu sama saja dia mengakui bahwa Aisha sudah meninggal. Fahri masih berharap, setiap malamnya, Aisha kembali muncul dalam hidupnya.
Semua mendukung Fahri melanjutkan hidupnya bersama Hulya, termasuk Sabina (Dewi Sandra) seorang perempuan terlantar berwajah cacat yang ditampung Fahri untuk tinggal bersama mereka. Sabina yang sudah dianggap saudara oleh Fahri, ternyata tidak saja membantu mengurusi rumah Fahri, tapi juga mampu membuat Fahri melanjutkan hidupnya.

Jenis Film : Drama
Durasi : 102 menit
Negara Asal : Indonesia
Sutradara : Guntur Soeharjanto
Penulis Naskah : Alim Sudio, Ifan Ismail
Produser : Manoj Punjabi
Produksi : MD Pictures
Pemain : Fedi Nuril, Tatjana SaphiraChelsea IslanDewi Sandra, Pandji Pragiwaksono, Nur Fazura, Dewi Irawan

Budaya pernikahan adat sunda dan filosofinya

Tanah pasundan nyatanya memiliki serangkaian prosesi pernikahan adat yang unik dan khas. Tiap prosesi yang dilaksanakan tersebut pun memiliki makna dan filosofi tersendiri. Meskipun beberapa prosesi memiliki kemiripan dengan ritual adat lainnya (misalnya, siraman seperti adat Jawa dan Buka Pintu seperti adat Betawi), namun tetap saja ada terdapat keunikan tersendiri yang tidak ditemukan di daerah lainnya.

Narosan atau Ngalamar 
Seperti layaknya pernikahan pada umumnya, lamaran merupakan proses awal sebelum kedua pihak keluarga menikahkan anak mereka. Di bumi Parahiyangan, prosesi lamaran adat Sunda dikenal dengan istilah Narosan. Dalam acara lamaran, kedua pihak keluarga juga membicarakan kapan dan bagaimana acara akad nikah diselenggarakan. Soal biaya yang diperlukan juga termasuk pembahasan dalam acara lamaran.
Salah satu hal menarik yang harus diperhatikan, saat melamar mojang yang diincar, pihak keluarga calon mempelai pria datang ke kediaman keluarga pihak wanita dengan membawa beberapa barang yang sifatnya ‘wajib’. Antara lain adalah lemareun–seperti daun sirih, apu atau kapur sirih, dan gambir yang menyehatkan. Selain itu, juga dibawa satu set busana untuk si gadis.
Ngebakan atau Siraman

Sama halnya seperti siraman adat Jawa, prosesi Ngebakan memiliki makna/filosofis menyucikan diri calon mempelai secara lahir dan batin. Prosesi ngebakan umumnya digelar seminggu atau tiga hari menjelang hari peresmian pernikahan. Uniknya, baik calon pengantin wanita maupun pria, semuanya melalui prosesi ini secara terpisah di kediaman masing-masing. Bagi calon pengantin beragama muslim, terlebih dahulu akan digelar pengajian dan pembacaan doa khusus.
Ngeyeuk Seureuh 
Ngeyeuk seureuh sendiri bisa diartikan sebagai prosesi meminta doa restu oleh calon mempelai kepada orangtua masing-masing yang disaksikan sanak keluarga. Dalam prosesi ini pula kedua orangtua akan memberikan nasihat kepada anaknya melalui lambang benda-benda yang ada dalam prosesi ini.
Sawer 

Setelah proses pernikahan secara agarma, kedua orangtua menyawer pasangan pengantin. Peralatan yang diperlukan saat saweran sendiri terdiri dari uang receh, beras, irisan kunyit tipis, permen, dan tek-tek yang ditempatkan di dalam bokor. Masing-masing bahan tersebut memiliki makna berupa doa-doa untuk kedua mempelai. Saat prosesi sawer biasanya kedua pengantin. Agar semakin hikmat saweran juga diiringi nyanyian Kidung yang berisi nasihat sebagai bekal dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Meuleum Harupat 
Tata cara prosesi ini ialah mulanya pengantin pria memegang harupat, pengantin wanita membakar lilin atau pelita sampai menyala. Lalu pengantin wanita akan menyiram nyala harupat sampai padam, kemudian pengantin pria mematahkan lalu dibuang. Prosesi ini melambangkan nasihat kepada kedua mempelai senantiasa bersabar dalam berumah tangga
Nincak Endog 
Nincak Endog atau injak telur dilakukan dengan cara pengantin pria menginjak telur di atas cower. Lalu, pengantin wanita membersihkan kaki pengantin pria dengan air kendi, untuk kemudian kendi tersebut lalu dipecahkan. Prosesi ini memiliki filosofi bahwa itikat dan tanggung jawab suami ialah sebagai kepala rumah tangga. Sementara istri mengikuti bimbingan suami.
Melepas Sepasang Merpati 

Kedua orangtua akan melepaskan sepasang merpati putih ke angkasa sebagai simbolisasi bahwa kedua orang tua melepas tanggungjawab karena pasangan mempelai sudah mampu mandiri.
Buka Pintu 
Kedua mempelai akan diwakili oleh Juru mamaos atau orang yang ahli dalam melakoni prosesi ini. Masing-masing perwakilan akan saling tanya jawab berupa syair atau tembang. Pada prosesi ini pengantin pria berada di luar pintu dengan pengantin wanita yang berada di dalam rumah. Buka pintu melambangkan petuah agar suami dan istri saling menghargai dan tidak pernah henti saling mengasihi.
Huap Lingkung 
Pasangan mempelai disuapi oleh Ibu pengantin wanita, bapak mempelai wanita, selanjutnya oleh kedua orang tua mempelai pria. Lalu kedua pengantin saling menyuap satu piring berisi tujuh bulatan nasi kuning. Pengantin pria menyuap dengan tangan kanan, pengantin wanita dengan tangan kiri, saling menyuap melalui pundak masing-masing 3 kali.
Satu bulatan yang tersisa diperebutkan keduanya, kemudian dibagi berdua. Huap lingkung menjadi simbol kasih sayang kedua orang tua masing-masing sama besarnya terhadap anak maupun menantu
Pa Betot-betot Bekak Ayam 

Kedua mempelai duduk berhadapan, masing-masing memegang paha ayam. Kemudian, pembawa acara memberi aba-aba agar kedua pengantin seerentak tarik-menarik bekakak ayam. Yang mendapat bagian lebih besar harus membaginya kepada pasangan dengan cara digigit bersama. Makna dari tradisi ini ialah rejeki yang mereka peroleh harus dimiliki bersama.